HARI ORANG MISKIN SEDUNIA KEEMPAT
Minggu Biasa XXXIII, 15 November 2020

“Ulurkanlah tanganmu kepada orang miskin” (Sir 7:32)

Pada HOM IV tahun 2020 ini, Bapa Suci Fransiskus memberi pesan untuk Gereja di seluruh dunia dengan tema: “Ulurkanlah tanganmu kepada orang miskin” (Sirakh 7:32) yang lebih lengkapnya ayat itu dapat diteruskan “agar berkatmu sempurna adanya”.
Paus mengajak lebih dalam membaca maksud penulis Sirakh. Penulis memberikan nasihatnya mengenai banyak situasi konkrit dalam kehidupan, salah satunya adalah kemiskinan. Doa kepada Tuhan dan solidaritas terhadap orang miskin serta perhatian terhadap penderitaan tidak dapat dipisahkan. Kesempatan yang kita khususkan untuk berdoa tidak pernah bisa dijadikan alibi/alasan untuk mengabaikan tetangga kita yang membutuhkan. Sebaliknya harus semakin kita yakini bahwa berkat Tuhan turun atas kita dan doa mencapai tujuannya ketika disertai dengan pelayanan kepada orang miskin
Ada beberapa hal penting dan mendasar harus mendapat perhatian dari pesan Bapa Suci ini:
1. Memohon karunia kemurahan hati
Kita harus memohon karunia kemurahan hati agar kita mampu mendukung yang lemah, menghibur yang menderita, meringankan penderitaan dan mengembalikan martabat mereka yang dilucuti itu untuk mendapatkan kembali kehidupan manusia yang seutuhnya, serta memberikan arahan yang tepat untuk kehidupan pribadi kita dan kehidupan masyarakat.”
2. Menyadari bahwa kita ada dalam pusaran ketidakpedulian
Kita tidak bisa merasa ‘baik-baik saja’ ketika ada anggota keluarga kita atau sesama kita manusia yang berada dalam kesulitan dan kemiskinan. Kita kerap terjebak dalam gaya hidup yang hingar-bingar, yang membawa orang ke “pusaran ketidakpedulian”. Kita (Gereja) tidak mempunyai solusi atau jalan keluar yang jitu dan menyeluruh (komprehensif) untuk mengatasi kemiskinan yang ada, namun kita dapat meningkatkan kesediaan untuk berbagi, menghubungkan orang miskin dengan pihak yang bisa memberi bantuan, dan terus menghidupkan kesadaran setiap orang akan nilai luhur kebaikan bersama untuk saling membantu.
3. Memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk melihat banyaknya tangan terulur
Pandemi Covid-19 sangat menghentak dunia. Seluruh dunia diliputi oleh virus Corona yang telah membawa kesakitan dan kematian, keputusasaan dan kebingungan. Ini merupakan momentum untuk terus menyadari betapa pentingnya kebersamaan, solidaritas, dan cinta satu sama lain. Banyak sekali tangan terulur untuk membantu sesamanya dalam karya tanpa banyak kata dari para dokter dan perawat yang telah merawat pasien dalam bulan-bulan yang sulit ini. Juga para administrator, apoteker, imam, relawan, dan lainnya yang telah mengulurkan tangan mereka sendiri siang dan malam tanpa bergembar-gembor.
Kita ditantang untuk semakin memperhatikan sesama kita yang kehilangan pekerjaan, yang mengalami krisis kepercayaan (iman), ekonomi, dan keuangan. Kita sungguh diingatkan dan disadarkan bahwa sekarang adalah waktu atau kesempatan untuk memulihkan keyakinan bahwa kita saling membutuhkan dan bahwa kita memiliki tanggungjawab bersama untuk sesama (orang lain) dan dunia.
4. Menjangkau orang miskin adalah tanggungjawab kita
Tema pesan ini sangat jelas: “Ulurkanlah tanganmu kepada orang miskin”. Pesan ini terus mendorong kita untuk melakukan tindakan kasih. Kita bisa membaca lanjutan ayat-ayat dari ayat dasar pesan ini. Misalnya, “Janganlah menjauhi orang yang menangis” (Sir 7:34), dan “Janganlah segan menengok orang sakit” (Sir 7: 35). Semestinya kita tidak memasukkan atau menyimpan tangan kita di saku, tetapi membuka dan mengulurkannya untuk membantu.
5. Mengingat bahwa tujuan akhir kita adalah kasih
Mengakhiri pesannya, Bapa Suci mengingatkan kita akan apa yang dikatakan Sirakh: “Dalam segala urusanmu ingatlah akan akhir hidupmu” (Sir 7:36). Ayat ini dapat dimaknai secara ganda: pertama, kita harus selalu ingat akan akhir perjalanan hidup kita di dunia untuk menyambut kehidupan kelak; kedua, kita juga harus terus menyadari bahwa akhir dari setiap apa yang kita lakukan adalah kasih atau cinta. Apa yang kita lakukan untuk orang miskin adalah menyebarkan kasih.
Dalam perjalanan hidup dan karya kita memperhatikan orang miskin, Bunda Allah menyertai kita, yang lebih dari yang lain adalah Bunda orang miskin. Perawan Maria mengetahui secara dekat kesulitan dan penderitaan orang-orang yang terpinggirkan, karena dia sendiri mendapati dirinya melahirkan Anak Allah di sebuah kandang.
Marilah kita memohon bantuan Bunda Maria agar kita diberi kekuatan dan kemurahan hati untuk membantu dan memperhatikan saudara-saudari kita yang miskin.

Mengkontekskan dengan Injil Minggu Biasa XXXIII dari Matius 25:14-30 “perumpamaan tentang talenta”:
— Kita perlu ingat bahwa para hamba diberi talenta dengan jumlah yang berbeda, sudah disesuaikan dengan kemampuan masing masing. Kita pun diberikan kepercayaan oleh Tuhan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Sejak kita lahir dan bertumbuh sebagai manusia, Tuhan memberi kita kepercayaan sesuai dengan kemampuan kita. Termasuk kemampuan dan kepekaan terhadap saudara-saudari kita yang miskin serta kesediaan kita untuk membantu mereka.
— Pada saatnya nanti Tuhan akan membuat perhitungan yang sama dengan kita. Apakah kita menumbuh-kembangkan kepercayaan Tuhan kepada kita atau tidak, tergantung pada bagaimana kualitas hidup kita di dunia ini. Kualitas kemuridan kita sebagai pengikut Kristus terletak pada bagaimana kita mempertanggungjawabkannya. Atau kita malah memilih bersikap seperti yang mendapat satu talenta, belum-belum dia sudah berpraduga bahwa tuannya itu kejam dan menuai di tempat dimana dia tidak menanam. Apakah kita bertindak sebagai murid yang bertanggung jawab ataukah kita malah menyalahkan Tuhan karena kita lalai pada kepercayaan yang diberikan-Nya? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Berkah Dalem