“Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk. 10:16)”

Saat tengah memandangi sungai di belakang rumah, seorang adik mengutarakan kegelisahannya terhadap sampah yang penduduk buang ke sungai. la khawatir kelak sungai tersebut kotor dan mereka tidak dapat lagi mandi atau mengambil air di sana seperti yang biasanya dilakukan orang-orang. Kegelisahan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh kita semua, ketika kita melihat ada banyak kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar kita.

Dalam ensiklik Laudato Si’ yang dikeluarkan pada tanggal 18 Juni 2015, Paus Fransiskus memberikan seruan untuk merawat rumah kita bersama. Seruan itu berkonsentrasi pada isu mengenai polusi dan perubahan iklim (polusi, limbah, budaya membuang sampah, dan gas rumah kaca), masalah air (limbah yang terus mengalir ke sungai, danau dan laut), hilangnya keragaman hayati (hutan, jenis tetumbuhan dan spesies tertentu), penurunan kualitas hidup manusia dan kemerosotan sosial (tempat-tempat yang tidak layak huni dan akses wilayah-wilayah hijau yang terbatas), serta ketimpangan global (efek paling parah dari semua perusakan Iingkungan diderita oleh Kaum miskin). Melalui seruan ini, kita semua diajak untuk bekerja sama melindungi seluruh ciptaan Tuhan sesuai budaya, pengalaman, prakarsa (upaya), dan bakat kita masing-masing. Seperti yang diungkapkan uskup-uskup Afrika Selatan bahwa “bakat dan komitmen setiap orang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh manusia yang menyalahgunakan ciptaan Allah”.

Hari ini adalah peringatan wajib Santo Fransiskus Assisi, yang menjadi teladan sempurna bagi kita untuk lebih mencintai alam semesta dan segala makhluk hidup di dalamnya. Kecintaannya yang besar terhadap seluruh ciptaan membuatnya dijuluki sebagai “Sahabat Alam Semesta”.  Ia berbicara kepada semua ciptaan: mahatari, bulan, bunga-bunga, tumbuh-tumbuhan, burung-burung dan binatang lainnya, dan menyapa mereka sebagai  saudara dan saudari. Baginya seluruh ciptaan menggerakkan jiwanya untuk bersyukur dan mengagungkan nama Tuhan. Menurut Paus Fransiskus, Santo Fransiskus Assisi adalah mistikus dan peziarah yang hidup dalam kesederhanaan dan harmoni yang indah dengan Allah, orang lain, alam, dan dirinya sendiri. Dia menunjukkan kepada kita betapa tak terpisahkan ikatan antara kepedulian terhadap alam, keadilan bagi kaum miskin, komitmen kepada masyarakat, dan kedamaian batin.

Misi kita hari ini adalah damai dengan sendiri dan semesta demi kemuliaan Allah. Damai dengan diri sendiri dapat tercipta dengan penerimaan diri sebagai ciptaan Allah yang utuh dan sempurna seperti gambaran-Nya. Sedangkan damai dengan semesta dan makhluk hidup di dalamnya dapat dimulai dengan merawat rumah kita ini (bumi), misalnya membuang sampah pada tempatnya, mempergunakan kantong belanjaan berbahan kain, membawa botol minuman sendiri, mengurangi konsumsi air kemasan, mengurangi penggunaan kertas dan tissue, menanam pohon-pohon baru, mengurangi penebangan pohon, mengurangi perburuan binatang liar di hutan, mengurangi penggunaan pupuk kimia yang merusaktanah, mematikan listrik dan alat elektronik bila tidak digunakan, berjalan kaki atau bersepeda untuk mengurangi polusi kendaraan, dan menggunakan produk-produk untuk kebutuhan sehari-hari yang ramah lingkungan. Mari, mulai hari ini tunjukkan kepedulianmu, dan lakukan semua itu demi kemuliaan Allah. (AJ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *