“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 18:10).
Dalam pelayanan ke kampung-kampung yang belum pemah dikunjungi sebelumnya, biasanya ada orang lokal yang turut mendampingi untuk memastikan orang-orang yang datang melaksanakan pelayanan tidak tersesat di jalan, serta dapat diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Begitu pula dalam perjalanan hidup kita di dunia ini, selalu ada malaikat pelindung yang diberikan Tuhan kepada kita.
Hari ini kita merayakan peringatan wajib Para Malaikat Pelindung. Pada Perjanjian Lama, Tuhan Allah mengutus malaikat berjalan di depan bangsa Israel, untuk melindungi mereka dan membawa mereka ke tempat yang telah Tuhan Allah sediakan (bdk. Kel. 23:30). Ungkapan lain tentang malaikat juga ada dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berfirman untuk tidak menganggap remeh seorang dari anak-anak kecil karena ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa yang di sorga (bdk. Mat. 18:10).
Bulan Oktober secara khusus dirayakan sebagai bulan misi. Misi kita: mewartakan Injil. Dalam Maximum Illud dikatakan: para pewarta Injil adalah pengelola kebun anggur Tuhan. Penyebaran kebenaran Kristiani dan keselamatan banyak jiwa tergantung pada diri mereka. Oleh karena itu, perlu dibangun konsep dalam diri para pewarta Injil bahwa ini adalah sebuah panggilan yang istimewa dan tugas yang dipercayakan kepada mereka sungguh berasal dari Ilahi, karena para pewarta Injil membawa terang bagi orang-orang yang tidur di dalam bayang-bayang maut, dan membuka pintu surga bagi yang berlari ke arah kehancuran kekal (MI, 18). Melalui Maximum Illud, Paus Benediktus XV ingin mendorong dan menyemangati usaha-usaha para pewarta dalam mendorong dan mengembangkan misi suci di antara orang-orang yang tidak beriman.
Misi kita hari ini adalah melindungi dan mengantarkan keselamatan jiwa-jiwa. Seperti para malaikat pelindung, kita diajak untuk mengambil peran mengantarkan orang-orang sampai pada keselamatan jiwa. Caranya dapat beragam tergantung pekerjaan, latar belakang dan minat kita masing-masing.
Kita dapat mengambil inspirasi dari keempat pendiri Serikat Kepausan. Pertama, Jeanne Bigard (pendiri Serikat Kepausan St. Petrus untuk Pengembangan Panggilan) yang berfokus pada panggilan dan pengembangan panggilan iman prIbumi. Karyanya diwujudkan melalui doa dan derma bagi para calon imam pribumi di tanah misi. Kedua, Mgr. Charles (pendiri Serikat Kepausan Anak dan Remaja Evlisioner) yang berfokus pada anak dan remaja melalui semangat 2D2K (Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian). Sejak dini Iman dibentuk untuk mengalami kasih Allah Bapa melalui cinta Yesus. Mereka diajak memiliki hubungan pribaadi dengan Yesus dan teman-temannya, memupuk kepedulian terhadap teman-teman yang menderita dan mereka dibimbing menjadi misionaris cilik. Ketiga, Pauline `Marie Jaricot (pendiri Serikat Pengembangan Iman) yang berfokus membangkitkan kesadaran misioner pada seluruh umat Katolik dalam mewartakan Injil, melalui pemberian diri (terlibat langsung) dan pemberian materi maupun rohani. Keempat, Beato Paolo Manna (pendiri Serikat Kepausan Kesatuan Misioner), yang berfokus mendukung promosi panggilan imam. Orang-orang muda berdoa untuk panggilan imamnya, para orang tua berdoa bagi panggilan imam anak-anaknya, dan para biarawan-biarawati mempromosikan panggilan melalui kesaksian hidup panggilan mereka.