Hadir

Ketika datang ke suatu tempat, di situ kita hadir. Kehadiran kita itu bisa beraneka ragam bentuknya. Ada yang datang dengan rasa malu-malu. Alasannya bisa macam-macam: baru pertama datang ke tempat itu, tidak ada yang dikenal di tempat itu, atau karena alasan lain. Ada juga yang datang dengan penuh percaya diri. Alasannya juga beraneka ragam: karena membawa undangan, kenalannya yang datang banyak, dan lain sebagainya.

Dengan hadir saja, sebenarnya kita sudah tinggal dalam Kristus. Hadir menjadi kualitas paling rendah dalam konteks tinggal dalam Kristus. Dengan hadir saja, tidak ada hal yang kita buat. Kita hanya membawa badan kita berada dalam ikatan dengan Kristus. Seperti foto seekor lalat ini. Ia ada di atas daun. Tidak ada aktivitas yang dibuatnya. Ia hanya diam di situ. Meski tidak ada yang dibuat, tetapi lalat itu ada dan hadir di lingkungan tempatnya berada. Meski lalat itu hanya berdiam diri saja namun ia masuk dalam hitungan.

Contoh konkretnya adalah ketika kita menjadi seorang katekumen. Pada saat itulah kita hadir, melihat-lihat, mengamati, dan menimbang sejauh mana kemantaban kita untuk melanjutkan perjalanan. Setelah sekian lama kita menjadi seorang murid, apakah kualitas kita masih seperti ketika kita menjadi seorang katekumen?

Hadir adalah tahapan paling awal untuk tinggal dalam Kristus. Dengan berani hadir, kita telah melangkahkan satu tapak kaki kita. Tinggal kita menantang diri sendiri. Apakah kita akan melanjutkan langkah pertama yang kita buat itu atau kita akan berhenti pada langkah awal itu. #yswitopr