Bongsari – Halal bi halal di kompleks gereja? Itulah yang terjadi di Gereja Santa Theresia Bongsari. Hari itu, Sabtu (27/4/24), Pengurus RW 09 Kelurahan Bojongsalaman Semarang ‘nganyari’ Gedung Pelayanan Pastoral Gereja Bongsari untuk acara halal bi halal. Dikatakan nganyari, karena gedung pastoral ini memang belum diresmikan.
Bahkan Agus, Ketua RT 03 RW 09 Kelurahan Bojongsalaman mengungkapkan, ”Awalnya beberapa pengurus RT menanyakan apakah betul halal bi halal kali ini diselenggarakan di gereja? Apakah diizinkan oleh gereja? Beberapa peserta halal bi halal ada yang merasa heran dan sekaligus gembira bahwa ternyata halal bi halal bisa diselenggarakan di aula gereja.”
Halal bi halal dengan tema “Sucikan Hati di Hari yang Fitri dengan Silahturahmi” ini dihadiri oleh Lurah Bojongsalaman Suryono, ketua Yayasan Yatim Piatu Kota Semarang KH Drs Ahmad Basri, Pastor Paroki Romo Eduardus Didik Chahyono SJ, dan para pengurus Masjid, Mushola, ketua RW, ketua-ketua RT, dan pengurus PKK RW 09. Malam halal bi halal ini diikuti 85 orang termasuk para suster yang hadir dari awal hingga akhir.
Dalam sambutan, Romo Didik SJ menceritakan seputar kunjungan silaturahminya di hari Idul Fitri. Dikatakannya, ”Pada saat Hari Raya Idul Fitri, saya bersama Bapak Uskup Agung Semarang juga bersilahturahmi dengan pengurus dan jamaah di Masjid Agung Jawa Tengah. Selanjutnya, kami juga bersilahturahmi dengan sejumlah tokoh Muslim seperti Ketua PC NU Kota Semarang, Ketua FKUB Kota Semarang, Ketua PW Muhammadiyah Jawah Tengah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami merasa bangga dan gembira dapat menyambut dan menyediakan tempat untuk pelaksanaan Halal Bi Halal bagi pengurus RT dan RW 09 Kelurahan Bojongsalaman.”
Mewakili masyarakat, ketua RW 09 Eli Yudoyono, mengucapkan banyak terima kasih boleh ‘nganyari’ ruangan gedung pelayanan pastoral gereja meski belum diresmikan. “Selain itu, kami berterima kasih atas donasi yang diberikan Gereja sehingga halal bi halal berlangsung meriah dan bisa bersantap malam,” ucapnya.
Sementara itu dalam tausiah, KH Ahmad Basri mengatakan, ”Presiden Sukarno berperan dalam mempopulerkan halal bi halal karena situasi politik saat itu yang masih diwarnai dengan persaingan. Presiden Sukarno mencari cara agar para tokoh politik dan masyarakat dapat bersilahturahmi dan bersatu untuk mencegah penjajah yang berusaha menguasai kembali negara Indonesia.”
Ahmad Bakri juga menekankan bahwa pada saat halal bi halal warga dapat saling memaafkan atas segala kesalahan diri. Dengan berpuasa selama 29-30 hari, mengakui kesalahan dan memberi maaf, manusia kembali ke keadaan yang suci.
Sebelum santap malam, para hadirin saling bersalaman menghaturkan selamat Idul Fitri dan menghaturkan mohon maaf lahir batin. Mereka pun tak bergembira dan bersukacita. (BD Elwin J)