Pendahuluan
Hari Rabu Abu yang dirayakan pada tanggal 26 Februari 2020 membuka dan mengawali masa Prapaskah di tahun 2020. Sungguh baik bila seluruh umat beriman memperhatikan dan menghayati semangat masa Prapaskah sebagaimana ditulis di dalam Konstitusi Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium dalam artikel nomor 109:
“Hendaklah baik dalam Liturgi maupun dalam katekese liturgis ditampilkan lebih jelas dua ciri khas masa “empat puluh hari”, yakni terutama mengenangkan atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara lebih intensifmengajak Umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paska. Maka dari itu: a) Unsur-unsur Liturgi empat puluh hari yang berkenaan dengan Baptis hendaknya dimanfaatkan secara lebih luas; bila dipandang bermanfaat, hendaknya beberapa unsur dari Tradisi zaman dahulu dikembalikan; b) HaI itu berlaku juga bagi unsur-unsur yang menyangkut pertobatan. Mengenai katekese hendaknya ditanamkan dalam hati kaum beriman baik dampak sosial dosa, maupun hakekat khas pertobatan, yakni menolak dosa sebagai penghinaan terhadap Allah; jangan pula diabaikan peran Gereja dalam tindak pertobatan, dan hendaknya doa-doa untuk para pendosa sangat dianjurkan.”
Dalam uraian tersebut. melalui liturgi, katekese, maupun penghayatan yang berdampak, seluruh umat diajak untuk lebih sadar dan sungguh dalam memantaatkan masa prapaskah sebagai kesempatan untuk mengenang atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan.
Dengan kesadaran dan kesungguhan yang ditopang melalui katekese yang cukup, seluruh umat beriman tidak hanya menjalani masa prapaskah sebagai suatu rulinitas, namun selama empat puluh hari masa prapaskah, dapat bertumbuh sebagai seorang beriman melalui syukur atas rahmat baptisan, atas rahmat belas kasih Allah, atas kesempatan untuk membina pertobatan dan pertumbuhan hidup rohani dengan lebih tekun mendengarkan Sabda Allah, berdoa, dan matlraga.
Berkaitan dengan usaha membina pertobatan, Konstitusi Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium dalam arlikel nomor 110 dengan jelas menguraikan bahwa:
“Pertobatan selama masa empat puluh hari hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosiat kemasyarakatan. Adapun praktek pertobatan, sesuai dengan kemungkinan–kemungkinan zaman kita sekarang dari pelbagai daerah pun juga dengan situasi Umat beriman, hendaknya makin digairahkan, dan dianjurkan oleh pimpinan gerejawi seperti disebut dalam artikel 22. Namun puasa Paska hendaknya dipandang keramat. dan dilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat dengan Sengsara dan Wafat Tuhan, dan bila dipandang berfaedah, diteruskan sampai Sabtu suci, supaya dengan demikian hati kita terangkat dan terbuka, untuk menyambut kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan.”
Dari uraian tersebut, Kontitusi Liturgi mengingatkan agar seluruh umat beriman dengan sunguh-sungguh memanfaatkan masa prapaskah ini untuk mengupayakan pertobatan, bertumbuh dalam kebajikan dan keutamaan hidup, yang tidak hanya berdaya ubah bagi diri sendiri, namun juga bagi sesama dan alam semesta. Banyak hal dapat dilakukan untuk membina pertobatan ini: melatih diri berhenti melakukan berbagai kebiasaan buruk, melatih penguasaan diri dalam pantang dan puasa. melatih diri dalam kebiasan baik dengan membaca kitab suci, berdoa, mengikuti Sakramen Ekaristi lebih teratur, menyesali dosa dan menyambut sakramen pengakuan dosa, memperbaharui iman, serta mempersiapkan diri menyambut sukacita perayaan Paskah.
Bersama mewuJudkan Peradaban Kasih
Mewujudkan peradaban kasih adalah citacita bersama seluruh umat Keuskupan Agung Semarang. Sebagai cita-cita bersama, peradaban kasih diperjuangkan dalam konteks masyarakat Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika dan ber-Pancasila, terutama untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, bermartabat, dan beriman. Untuk mewujudkan citacita ini, Keuskupan Agung Semarang telah merumuskan garis besar dan arah pastoral melalui Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang 2016- 2035 dan Arah Dasar Keuskupan setiap lima tahunan. Dalam Ardas yang pertama (periode 2016-2020), Keuskupan Agung Semarang mengajak seluruh umat untuk terlibat dalam mewujudkan Gereja yang inklusif (merangkul), inovatif (terus membaharui diri) dan transformatif (memiliki daya ubah) dalam kehidupan bersama. Dalam konteks arah pastoral inilah, tema-tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang (APP KAS) dirancang dan dilaksanakan. Pada tahun 2016. Gerakan APP KAS mengangkat tema “Akulah Garam dan Terang Dunia”. Melalui tema ini, seluruh umat beriman KAS diajak untuk menghayati panggilan dan mewujudkan jati diri yang melekat dalam setiap orang kristiani, yakni sebagai garam dan terang dunia. Selanjutnya dengan tema APP 2017″Aku Pelopor Peradaban Kasih”, seluruh umat beriman KAS diajak untuk menghidupi gagasan yang tertuang dalam RIKAS KAS 2016-2035. Dalam tema “Mengasihi dengan Kata dan Perbuatan” yang diangkat pada tahun 2018, selurut umat beriman KAS diajak untuk semakin dapat mengungkapkan dan mewujudkan perutusan kasih datam hidup sehari-hari, terutamadengan karya amal kasih untuk mewujudkan kesejahteraan. Pada tahun lalu, tema APP 2019 adalah “Semakin Tergerak untuk Berbagi Berkat”. Tema ini diangkat sebagai tindak lanjut dari buah-buah gerakan APP sebelumnya, terutama dalam “gretet” atau semangat untuk semakin dapat menghadirkan karya belas kasih Allah yang menjadi panggilan dan perutusan murid-murid Kristus yang diutus.
Kita patut bersyukur bahwa dengan tema-tema gerakan APP tersebut, aneka wujud pertobatan dan gerakan belarasa bersemi di tengah umat, terutama dalam memberi perhatian bagi mereka yang kurang mendapatkan perhatian didalam Gereja dan di tengah masyarakat.
Dengan fokus pastoral Keuskupan Agung Semarang 2020, yakni “Umat Katolik yang Transforrnatif” kita boleh berharap bahwa gerakan APP dapat menjadi salah satu sarana dan kesempatan yang berdaya ubah di tengah umat dan masyarakat. Oteh karena itu, di penghujung periode ARDAS KAS yang pertama ini, seluruh umat beriman Keuskupan Agung Semarang diajak untuk menghayati tema gerakan APP 2020:
“BERTOBAT, TERLIBAT, DAN BERBUAH BERKAT”