Finally I Meet You

Twitter
WhatsApp
Email
Srawung Budaya Anak Misioner Kevikepan Yogyakarta Barat berlangsung sangat meriah. 100 anak lebih berkumpul dan bergembira bersama di Gedung Serba Guna Pemda Sleman, 30 Oktober 2022.

Setelah sekitar 2 tahun lebih, akhirnya ada kesempatan untuk bertemu lagi. Akhirnya bisa bertemu lagi, Finally I Meet You. Itulah yang menjadi tema kegembiraan perjumpaan anak-anak PIA-PIR Se-Kevikepan Yogyakarta Barat yang diberi nama Srawung Budaya Anak Misioner Kevikepan Yogyakarta Barat. Suasana kegembiraan perjumpaan itulah yang mewarnai perjumpaan 1145 anak-anak PIA PIR se-Kevikepan Yogyakarta barat. Dengan atribut dan kehebohan masing-masing, setiap paroki dan stasi menampilkan kegembiraan dan keceriaan anak-anak. Identitas masing-masing komunitas dan kelompok menjadi penanda ini dari paroki atau stasi mana mereka berasal.

Pada hari Minggu, 30 Oktober 2022, Komisi Karya Misioner Kevikepan Yogya Barat mengadakan acara di Gedung Serba Guna Pemda Sleman. Anak-anak dari 20 paroki dan 2 stasi yang ada di Kevikepan Yogyakarta Barat bertemu dan bergembira bersama. Masing-masing Paroki dan Stasi mengirimkan 50 anak.

Kedua MC, mas Bejo dan Mbak Cila membawa kegembiraan dan keceriaan anak-anak semakin kentara dengan canda dan guyon mereka. Tawa dan celotek anak-anak mengajak setiap pendamping dan siapapun yang hadir larut dalam kegembiraan itu.

Mbak Yolenta, ketua Panita Srawung dan Tim Acara, mbak Fani dan Astri mengajak setiap anak untuk menangkap pesan yang ditawarkan. Acara ini terbagi menjadi empat bagian besar, bagian pertama adalah kegembiraan perjumpaan setelah dalam masa pandemi selama kurang lebih dua tahun tidak ada perjumpaan besar di antara anak-anak PIA-PIR Se-kevikepan Yogayakarta. Pak Sulist dan Mbak Anis mengajak anak-anak menyanyikan beberapa lagu anak-anak yang sering dinyanyikan dalam sekolah minggu.

Bagian kedua adalah anak-anak diajak untuk bangga, bersyukur atas keanekaragaman panggilan hidup dalam Gereja. Setiap paroki diminta untuk mengirimkan 2 orang yang menjadi ikon berbagai macam profesi dan panggilan hidup yang ada di dalam masyarakat dan Gereja. Ada yang mengenakan kostum sebagai imam, biarawan-biarawati, Guru, Tentara-Polisi, arsitek, koki, barista, artis-selebritis-entertainer, Petani, Bapak-Ibu Rumah Tangga, dll. Berbagai macam tampilan kostum dan ekspresi anak-anak seringkali memunculkan tanggapan tawa dan seruan “cie-cie” dari anak-anak yang lain.

Bagian ketiga adalah anak-anak diajak untuk mengenali dan mencintai berbagai keanekaragaman budaya yang ada di tengah masyarakat Yogyakarta. Ada penampilan budaya, jathilan dan tari kolosal. Tari Jathilan  ditampilkan oleh anak-anak SD Kanisius Duwet dan Tari Kolosal  ditampilkan oleh anak-anak PIA-PIR Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Bagian keempat adalah membuat kerajinan wayang kertas. Gambar wayang yang digunting, dirangkai ini bukan tokoh wayang seperti Werkudara, Semar, dan lain-lain tetapi adalah tokoh Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Anak-anak menggunting dan merangkai gambar tersebut dan kemudian menggerak-gerakkanya seperti dalang memainkan wayang.

Acara ini ditutup dengan flashmob bersama-sama. Dengan lagu-lagu tradisional yang dianimasi oleh Angel, Lintang, Flori dan pendamping lain; seluruh anak dan pendamping berjoged bersama mengikuti animasi gerakan para anomator-animatris di panggung.

Ketua KKM Yogyakarta Barat, Rm. Flo Hartanta, Pr menyimpulkan tema dan kegiatan perjumpaan ini dengan mengajak nyanyi bersama dengan syair, “Aku dan kamu satu. Bawa cinta dan damai. Kita semua saudara. Dalam Satu Gereja.”Vikep Yogyakarta Barat, RM. Yudono Suwondo, Pr; menutup acara ini dengan doa dan berkat.