Sekitar 94 orang muda lintas agama yang terdiri dari 70 peserta dan 24 panitia penyelenggara berkumpul melakukan kegiatan bersama di Wisma Salam tanggal 29-30 Oktober 2022. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menjawab kerinduan orang-orang muda untuk membangun jembatan-jembatan persaudaraan. Pertemuan itu mengusung tema “Dari Kedu Untuk Indonesia: (meskipun) Berbeda (namun) Bersama Berkarya Nyata (untuk kemajuan bangsa)”. Kerinduan untuk membangun kehidupan bersama yang lebih harmonis, rukun dan damai serta saling menghargai semakin mengemuka di tengah tren berkembangnya politik identitas yang disempitkan pada identitas keagamaan. Tembok-tembok pemisah atas nama perbedaan identitas (keagamaan) menjadi salah satu penyebab kebuntuan komunikasi yang penuh kasih dan tanpa prasangka. Kecurigaan bahkan stigma negatif tersebar masif baik dalam kehidupan nyata dan terlebih lagi melalui media sosial. Ketidakmampuan menerima dan memaknai perbedaan – yang sejatinya merupakan fitrah bangsa ini – seringkali dipungkasi dengan tindakan kekerasan.
Setelah diawali dengan penampilan Group Rebana Sholawat “Darbull Itihad” Salam dan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, serta laporan penyelenggaraan oleh Sdri. Angela Merrici Basilika Rain Restuwardani, acara Srawung Orang Muda Lintas Agama Tahap II ini dibuka oleh Rm. Antonius Dodit Haryono Pr selaku Vikaris Episkopalis Kedu. Week-end Srawung ini dihadiri pula Rm. Eduardus Didik Chahyono SJ sebagai Koordinator Unit Pelayanan Pastoral (UPP) HAK KAS dan Rm. Christophorus Sutrasno Purwanto Pr, ketua Komisi HAK Kevikepan Kedu.
Salah satu faktor yang menghambat relasi dan persaudaraan adalah prasangka. Ketidaktahuan menimbulkan prasangka, biasanya prasangka buruk. Oleh karena itu di awal proses srawung diadakan rekonsiliasi prasangka. Peserta diajak untuk menonton video pendek tentang prasangka yang sering muncul dalam pergaulan bertetangga sebagai pemantik sharing dan dilanjutkan dengan sharing kelompok untuk mengklarifikasi pelbagai prasangka yang muncul.
Dalam bahasan yang berjudul “Relasi Kebersamaan: Tantangan dan Peluang”, Rm. Dr. Martinus Joko Lelono Pr meyakinkan bahwa setiap jaman mempunyai tantangan, persoalan yang harus dihadapi dan tokoh-tokohnya yang dengan gigih mencari solusi atas persoalan jamannya. Beliau memberikan contoh munculnya pahlawan-pahlawan yang mampu menjawab tantangan jamannya. Kalau saat ini kita mengangkat masalah srawung antar umat beragama karena memang hal itu menjadi masalah yang mesti dihadapi dan dicari solusinya. Maraknya tend intoleransi, munculnya kelompok Islam garis keras yang meskipun sedikit namun bersuara lantang, politik identitas yang disempitkan pada identitas keagamaan, segregasi sosial dalam masyarakat karena perbedaan pilihan politik merupakan masalah-masalah yang menghalangi terciptanya srawung yang tulus dan tanpa prasangka di rumah bersama yang bernama Indonesia ini. Apa yang akan terjadi di Indonesia 10 th atau 20 th mendatang bergantung pada pilihan-pilihan tindakan yang kita ambil hari ini.
Srawung hari kedua diawali dengan ibadat atau doa pagi menurut masing-masing agama dilanjutkan dengan bahasan materi II dengan topik “Peran Kaum Muda Dalam Merawat Kebhinekaan dan Perdamaian” yang dibawakan oleh Bp. Drs. H. Taslim Syahlan, MSi, ketua FKUB Jawa Tengah. Beliau mengingatkan bahwa Srawung Lintas Agama harus menjadi hal yang wajar sehari-hari bukan dibuat-buat karena itu agenda Srawung tidak boleh berhenti setelah acara ini. Setelah menceritakan aneka contoh best practices di banyak tempat, beliau mengajak peserta untuk masuk dalam kelompok dan membicarakan bentuk-bentuk follow up dari acara Srawung ini.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang kebiasaan, ajaran dan tradisi serta maksud dan tatacara hari-hari raya keagamaan setiap kelompok peserta mendatangi post keagamaan yang dipandu oleh masing-masing Fasilitator.
Keuskupan Agung Semarang melalui Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) menaruh perhatian besar untuk membangun semangat persaudaraan lintas agama di tengah masyarakat. Sejak tahun 2018 perhatian diberikan kepada pembinaan orang muda. Sejalan dengan peran Kevikepan sebagai pusat kegiatan pastoral, maka pendampingan srawung orang muda lintas agama diselenggarakan di masing-masing kevikepan dan dikemas sesuai dengan situasi dan kondisi setiap kevikepan.
Pada tahun 2022 ini Kevikepan Kedu menyelenggarakan srawung orang muda lintas agama dalam 3 tahap.
Tahap I : Tahap Perkenalan yang diselenggarakan di setiap rayon merupakan modal awal bagi perjumpaan-perjumpaan berikutnya. Para peserta diharapkan mulai membangun suasana persahabatan yang cair dan hangat. Panitia penyelenggara Tahap ini ditangani oleh para peserta kaderisasi calon aktivis lintas agama yang diselenggarakan oleh Komisi HAK Kevikepan Kedu tanggal 2-3 Juli 2022
Tahap Perkenalan di Rayon Utara (Paroki Temanggung dan Parakan) diselenggarakan pada Hari Minggu, 31 Juli 2022 mulai pk. 09.00 – 14.00 di aula Kawedanan Parakan dan diikuti oleh sekitar 60 orang baik oleh OMK Paroki Temanggung dan Parakan maupun kaum muda lintas agama selain katolik yang diakhiri dengan kunjungan ke Klenteng di kota Parakan.
Tahap Perkenalan di Rayon Tengah (Paroki St. Ignatius, Paroki St. Maria Fatima, Paroki Ngablak, Paroki Panca Arga, Paroki Mertoyudan dan wilayah Borobudur) diadakan di Agro Wisata Simpero, Cuntel, Kopeng pada hari Minggu, 17 Juli 2022 pk. 09.00-15.00 diikuti sekitar 90 an peserta dan diakhiri dengan kunjungan ke desa Tekelan, Cuntel sebagai contoh desa yang rukun dan harmonis antar penduduk yang berbeda-beda agamanya karena mereka mampu mengelola perbedaan itu.
Tahap Perkenalan di Rayon Selatan (Paroki Muntilan, Paroki Salam, Paroki Sumber, Paroki Banyutemumpang, Stasi Ngawen) diadakan di Bawangan Outbond, Sawangan pada hari Minggu, 7 Agustus 2022 pk. 09.00-14.00 diikuti sekitar 90 an peserta. Puncak acara Srawung Orang Muda Lintas Agama Kevikepan Kedu akan dilaksanakan pada tanggal 19 November 2022 di Pendapa Pengabdian Kota Magelang dengan acara pentas seni setiap rayon.