Liturgi Menyemangati Hidup Umat Beriman
Pada umumnya yang muncul pertama kali dalam pikiran kita mengenai liturgi ialah hal-hal mengenai doa, ibadat, urutan ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang tepat. Singkatnya, pandangan populer mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal praktis yang berhubungan dengan tata ibadat, rumus doa, atau hal-hal yang bersifat kultus.
Pandangan yang utuh mengenai makna Liturgi dapat ditemukan dalam Konstitusi Liturgi hasil sidang Konsili Vatikan II yaitu Sacrosanctum Concilium (SC). Dokumen ini memberikan pemahaman liturgi yang segar. Salah satu pernyataan yang penting adalah: “Maka, memang sewajarlah juga liturgi dipandang bagaikan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing; di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni Kepala beserta para anggotanyan” (SC 7).
Liturgi bukanlah sekadar “upacara” tetapi “perayaan” yaitu perayaan Karya Keselamatan Misteri Keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus. Sebagai perayaan, liturgi menyemangati kita dalam memuliakan Allah dan mengupayakan kesalehan. Dalam liturgi, terjadi perjumpaan antara Allah dan manusia. Perjumpaan itu tentu bukan atas usaha kita, tetapi Allah yang berinisiatif mengundang kita. Singkatnya, liturgi adalah pertemuan orang-orang yang diundang dan dipanggil oleh Allah untuk hadir bersama ke hadirat-Nya