Ekaristi yang Menumbuhkan Sukacita, Sikap Peduli dan Berbagi
Suatu hari, Rama Johan memimpin Ekaristi di sebuah kapel. Setelah selesai perayaan, dia diajak untuk ikut mengunjungi umat yang sedang sakit di rumahnya. Satu rombongan itu menyapa dan mendoakan yang sakit. Terasa sekali saat itu rasa solidaritas, perhatian, dan kebersamaan yang begitu erat antara umat yang satu dengan umat yang lain. Kebersamaan ini mengalir dari ikatan iman yang sama akan Yesus Kristus dalam Gereja Katolik dan secara khusus dan Ekaristi yang tekun dirayakan. Kemudian pada hari yang lain, Rama Johan diminta memimpin Misa dengan ujud memule atau peringatan arwah. Ternyata Misa ini terselenggara karena inisiatif lingkungan walaupun untuk kepentingan pribadi salah satu keluarga. Lingkungan merasa perlu membantu keluarga tersebut. Konsumsi, liturgi, kor, dan keperluan lainnya ditanggung bersama-sama dan secara sukarela oleh umat di lingkungan. Tampak kebersamaan yang indah dan semangat untuk saling mendukung satu sama lain.
Pengalaman Rama bersama umat seperti di atas sangat baik dan menyentuh hati kita semua. Apa yang dilakukan itu merupakan perwujudan di zaman ini dari apa yang pernah dilakukan para pengikut Yesus setelah kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47, orang-orang tersebut tekun berkumpul untuk berdoa, men-dengarkan ajaran Kitab Suci, dan merayakan Ekaristi Sabda Tuhan dan Ekaristi tersebut lalu menggerakkan mereka untuk saling berbagi, menolong, dan hidup dalam sukacita. Ketekunan dalam merayakan Ekaristi ini ternyata mengesan bagi orang-orang yang waktu itu belum beriman pada Kristus. Pada ayat 47 diceritakan bahwa mereka senang dengan apa yang dibuat oleh orang-orang Kristen dan kemudian bergabung di dalamnya. Mari kita dalami bersama Kisah Para Rasul 2:42-47 ini. Perayaan Ekaristi yang kita rayakan saat ini menjadi kekuatan bagi kita untuk dapat bersukacita, peduli, berbagi dalam hidup sehari-hari, dan pada akhirnya menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita.