Ekaristi Membangun Komunitas

Di paroki desa, apalagi sekian tahun yang lalu, pergi ke gereja pada hari Sabtu sore dan hari Minggu dengan berjalan kaki secara berkelompok atau bahkan bersama-sama, menjadi pemandangan yang lazim. Umat umumnya berpakaian bersih dan rapi. Umat yang berjalan kaki ke desanya masing-masing seperti membentuk prosesi yang panjang. Sekian puluh tahun yang lalu masih jarang ada umat yang pergi ke gereja dengan mobil, paling-paling sepeda motor. Ini merupakan pemandangan yang sangat indah dan menjadi kesaksian juga bagi saudara-saudari yang bukan Katolik. Umat Katolik kelihatan guyub, mengenal satu sama lain, rajin, dan gembira. Orang yang berpapasan biasanya menyapa: “Badhe tindak greja?” (“Hendak pergi ke gereja?”)

Saat ini situasi sudah sangat berbeda. Hampir semua orang mengendarai kendaraan untuk pergi ke gereja dan merayakan Elcaristi Namun, bukan berarti kemudian kita tidak bisa guyub dan merasakan kebersamaan dalam hidup menggereja lagi. Ekaristi yang kita rayakan tetap menumbuhkan semangat persaudaraan di antara kita. Di lingkungan, kita berkumpul untuk merayakan Ekaristi. Kita pergi ke gereja juga untuk merayalcan Ekaristi. Dalam perayaan itu, kita bertemu dengan saudara-saudari seiman. Tanpa terkecuali, kita menjadi satu dan bagian dari kebersamaan yang disebut Gereja. Perayaan Ekaristi menjadi alasan bagi kita untuk berkumpul sebagai Gereja. Maka, kita ikut Ekaristi bukan hanya untuk menyampaikan permohonan atau syukur dari diri kita sendiri, namun juga untuk membangun kebersamaan dan menampakkan Gereja. Kehadiran kita dalam Perayaan Ekaristi sangatlah penting dan berharga dalam rangka membangun persaudaraan kita. Ini sesuai sekali dengan ajaran Santo Yohanes Paulus II yang pernah berkata, “Karunia Kristus dan Roh yang kita terima dalam Komuni Ekaristi memenuhi dengan limpah upaya menuju kesatuan persaudaraan yang secara mendalam mengakar pada hati manusia” (EE 24).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *