Homili: Mewartakan Sabda
Setelah Perayaan Ekaristi di Gereja Paroki selesai, Rama Irwan menyalami dan menyapa umat dengan ramah di depan pintu gereja. Salah seorang umat sambil bersalaman berkata: “Rama, homilinya tadi TOP BGT alias top banget, mengena sekali… makjleb…. Homili Rama membuat Sabda Tuhan menjadi semakin jelas dipahami.”
Istilah homili di atas tepat. Apa itu homili? Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) menyatakan: “Homili merupakan bagian liturgi dan sangat dianjurkan, sebab homili itu penting untuk memupuk semangat hidup Kristen. Homili itu haruslah merupakan penjelasan tentang bacaan dari Alkitab, ataupun penjelasan tentang teks lain yang diambil dari ordinarium atau proprium Misa hari itu, yang bertalian dengan misteri yang dirayakan, atau yang bersangkutan dengan keperluan khusus umat yang hadir” (No. 65). Homili merupakan bentuk pewartaan yang selalu berpijak pada Alkitab dan menjadi bagian dari liturgi. Artinya, homili bersifat resmi dan dibawakan oleh imam.
Homili berbeda dengan khotbah. Istilah khotbah itu berkaitan dengan pewartaan mengenai iman atau moral dengan tema apa saja dan disampaikan di luar liturgi atau ibadat. Sebagai contoh, bila ada imam yang berbicara mengenai hal-hal baik, saleh, dan suci kepada umat dalam suatu pertemuan, maka imam tersebut sedang berkhotbah. Apa yang dikatakannya tidak harus berdasarkan Kitab Suci. Adapun homili selalu bertolak dari bacaan Kitab Suci. Hanya saja dalam Misa Kudus, yang boleh berhomili hanyalah orang yang sudah ditahbiskan. Prodiakon sebagai awam boleh berhomili tetapi di dalam konteks ibadat, bukan Misa. Sementara, khotbah dapat disampaikan oleh siapa saja, karena selalu berada di luar kontelcs liturgi atau ibadat. Fungsi homili adalah memperjelas dan mencari makna dari bacaan Kitab Suci. Perlu dihindari tujuan-tujuan lain. Jangan sampai homili dan khotbah yang disampaikan justru berisi sindiran dan membuat umat yang hadir merasa tidak nyaman.