BMM: Wadah Pemusik Belajar dan Melayani

Twitter
WhatsApp
Email
Suasana syahdu begitu mengantar hati umat yang hadir dalam visualisasi penyaliban Yesus pada Jumat Agung lalu. Alunan musik BMM semakin membuat hati kian iba atas pengorbanan-Nya. Bongsari Music Ministry (BMM), sebuah komunitas pemusik yang mengiringi visualisasi tersebut.

Bongsari – Suasana syahdu begitu mengantar hati umat yang hadir dalam visualisasi penyaliban Yesus pada Jumat Agung lalu. Alunan musik BMM semakin membuat hati kian iba atas pengorbanan-Nya. Itulah yang terjadi di lantai II Aula Bongsari. Andil musik sungguh terasa dalam menciptakan suasana.

Personil BMM bersama Rm Melkyor Pando SJ (tengah) usai pentas Konser Rohani (dok BMM)

Adalah Bongsari Music Ministry (BMM), sebuah komunitas pemusik yang mengiringi visualisasi tersebut. BMM merupakan wadah bagi pencinta alat musik yang lahir di Paroki Santa Theresia Bongsari Semarang. Komunitas ini terlahir di masa pandemi saat mengiringi Pekan Suci 2021. Dan diinisiasi oleh Romo Bonifasius Melkyor Pando SJ sebagai moderator liturgi dan diwujudkan bersama oleh tim liturgi sebagai upaya memberi nuansa baru dalam liturgi, khususnya saat umat dibatasi untuk hadir dalam Perayaan Ekaristi, saat pandemi itu.

Menurut musikus sekaligus music arranger (penata musik) BMM, Valerianus Vikar Afrian, “Semula berawal dari tugas pengiring misa di gereja. Bertolak dari sulitnya mencari pemusik gereja, maka saya dan teman-teman open recruitment di Gereja Bongsari, yaitu untuk mencari umat yang bisa bermain musik dan mau pelayanan. Dari sinilah terbentuk satu wadah bagi pemusik yang dengan nama BMM.”

Siapa saja, tua dan muda, boleh bergabung. BMM bukanlah komunitas yang eksklusif. Bahkan anggotanya sekarang ada yang beragama non Katolik. Yang terpenting mau sama-sama belajar dan berkembang bersama. Saat ini anggotanya antara 15-20 orang.

Kekhasan BMM adalah mencampurkan berbagai macam genre musik, alat musik, dengan berbagai daya-daya yang ada. “Yang penting yakin! Dari mereka yang telah bergabung, sampai sekarang mereka sudah menampilkan atau melayani bermusik dengan lebih baik,” tandas sang music arranger BMM.

Motto dari BMM adalah: “Yang Penting Yakin”. Motto ini sengaja diambil karena segala usaha bila dilakukan dengan penuh keyakinan, pastilah membuahkan hasil yang lebih baik, ujar Vikar.

BMM terlibat mengiringi visualisasi kisah sengsara pada Jumat Agung 2024

Hingga saat ini, BMM masih berkiprah dalam misa hari raya dan misa kreatif di Gereja Bongsari, pun pada acara-acara yang diadakan oleh Paroki Bongsari, termasuk melayani Visualisasi Kisah Sengsara OMK Bongsari pada Jumat Agung yang lalu. Begitu juga melayani dalam Konser Rohani Maria Bunda Pemersatu, sebuah konser untuk penggalangan dana aula Bongsari. Selain itu, juga turut melayani beberapa gereja, misalnya Gereja Santo Agustinus, Panjangan.

Lalu apa syarat untuk bergabung BMM? “Syaratnya relatif mudah. Yang penting punya alat musik apa saja. Bisa piano, organ, saxophone, suling, gitar, recorder, cello, dll. Belum bisa bermain, tak masalah. Nanti akan belajar bersama,” papar Vikar.

Performa BMM dalam Konser Rohani Bunda Pemersatu (dok BMM)

Vikar berharap, BMM ini bisa lebih berkembang, bisa merangkul banyak orang muda dan tua, supaya bisa berkembang dan maju bersama. Dan akhirnya, bisa membentuk komunitas pemusik yang menyebar ke paroki-paroki yang membutuhkan.

Dalam struktur pelayanan paroki, BMM berada dalam binaan Bidang Peribadatan dan Liturgi Paroki Bongsari. Karenanya, Kabid Peribadatan dan Liturgi, Maria Christina, berharap Bongsari Music Ministry ini dapat tetap eksis melayani (ministry) dan makin berkembang dengan semakin banyak umat yang terlibat. (BD Elwin J)