Pada hari Minggu pagi, Pak Karsosuwung kelihatan begitu sibuk menata dagangannya berupa pakaian. Cucunya yang bernama Bimobersiap-siap pergi ke Gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Bimo kelihatan terkejut melihat kakeknya tidak pergi ke Gereja.Ia bertanya: “Mbah, ini hari Minggu kok tidak pergi ke Gereja?” Jawab Pak Karsosuwung: “Le, kemarin diumumkan bahwa hari ini car-freeday di depan Kabupaten. Simbah mau jualan.Tadi simbah sudah doa rosario dan membaca Kitab Suci sendiri di rumah sebagai pengganti Misa“.

Apa yang dilakukan Pak Karsosuwung di atas tidak tepat.Ia berpikir bahwa Ekaristi bisa diganti dengan berdoa rosario dan membaca Kitab Suci. Ekaristi merupakan perayaan syukur atas karunia Allahkhususnya atas karya penyelamatan Allah melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam Roh Kudus. Selain Ekaristi, tentu sajaada banyak cara untuk bersyukur misalnyaberdoa pribadi, menghadiri ibadat lingkungan, membaca Kitab Suci, merayakan sakramen-sakramen dan sakramentali. Diantara aneka cara bersyukur tersebut, Perayaan Ekaristi merupakan puncak dan sumber hidup orang beriman (bdk. LG 11). Terutama melalui Ekaristi terlaksanalah “karya penebusan kita” (SC 2). Maka dapat dikatakan bahwa Ekaristi merupakan perwujudan tertinggi liturgi (bdk. SC 41). Ekaristi menjadi sumber rahmat menuju pengudusan manusia dan pemuliaan Allah (SC 10).

Mengingat pentingnya Ekaristi tersebut, pak Karsosuwung sebenarnya tetap dapat mengikuti Ekaristi pada jam lain yang tidak bertabrakan waktunya dengan pekerjaannya. Misalnya pada hari Minggu sore atau Sabtu sore. Dengan demikian, ia dapat berjualan dan tetap dapat pula mengikuti perayaan Ekaristi.