Mbah Mitro selalu membawa tas „ransel tentara“-nya kalau ke gereja dan ibadat lingkungan. Dalam tas favoritnya itu, terdapat berbagai pakaian dan ibadat untuk ibadat seperti salib, alba, samir dan singel. Mbah Mitro biasa ngrangkep-ngrangkep tugas, entah sebagai prodiakon, lektor, pemimpin kor, among tamu dansampai membersihkan gereja. Dengan lincah ia mengerjakan semua itu tanpa mengeluh. Umat senang dan kagum dengan pelayanan Mbah Mitro. Umat cukup datang pas misa dankemudian pulang. Semua sudah dibereskan Mbah Mitro. Suatu ketika romo paroki memintanya untuk jadi prodiakon saja, tidak merangkap tugas lainnya. Namun apa yang terjadi? Mbah Mitro merasa sedih karena tidak dibutuhkan lagi.

Liturgi selalu merupakan perayaan iman seluruh umat dan bukan hanya milik pribadi maupun kelompok tertentu. Liturgi merupakan perayaan bersama. Seluruh umat, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, suci-berdosa, semuanya harus terlibat aktif merayakan dan mempersiapkan liturgi.  “Bunda Gereja sangat menginginkan, supaya semua orang beriman dibimbing ke arah keikutsertaan yang sepenuhnya, sadar dan aktif dalam perayaan-perayaan liturgi” (SC 14). Apa artinya peran serta umat yang sadar dan aktif? Sadar menunjukan sisi pemahaman.Umat tahu dan mengertiapa yang sedang dibuat. Umat juga tahu dan mengerti makna simbol yang digunakan dalam liturgi. Kalau orang itu tahu akan apa yang dibuat, tentu ia akan lebih bisa menghayati dan menikmatinya. Sementara kata “aktif’ menunjukkan keterlibatan yang penuh dari umat beriman dalam perayaan liturgi.

Perlu selalu disadari bahwa (1) liturgi bukanlah tindakan perseoranganmelainkan tindakan bersama, (2) liturgi menuntut dari hakikatnya partisipasi atau keterlibatan seluruh umat untuk secara sadar dan aktif dan (3) liturgi merangkum keterlibatan hati dan pengalaman hidup konkret umat secara penuh dan bukan sekadar suatu upacara yang menekankan rutinitas dan kewajiban.