Ndaru yang masih duduk di TK selalu diajak bapak dan ibunya pergi ke gereja setiap hari Minggu. Walaupun masih sekolah di TK, Ndaru sangat memperhatikan apa yang dibuat dan diucapkan oleh imam dalam perayaan Ekaristi. Suatu hari, Ndaru bertanya pada ibunya: „Bu, kenapa sih Rama selalu mengatakan PERGILAH KAMU DIUTUS pada akhir misa? Kok ndak pernah diganti dan omong yang lain“. Ibunya berusaha menjawab pertanyaan Ndaru dengan penjelasan sederhana yang kira-kira bisa dipahami anak-anak.

Pertanyaan Ndaru di atas bisa jadi juga menjadi pertanyaan bagi kita. PERGILAH KAMU DIUTUS merupakan terjemahan dari bahasa Latin „Ite missa est“. Itulah mengapa perayaan Ekaristi kita juga disebut dengan istilah „misa“. Dengan istilah ini dan juga dengan seruan PERGILAH KAMU DIUTUS pada akhir perayaan Ekaristi mau ditekankan aspek perutusan yang muncul dari perayaan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi kita sudah disatukan dengan Tubuh Tuhan. Kini saatnya kita kembali ke hidup sehari-hari. Kita diutus untuk mewartakan kabar gembira kepada lingkungan hidup kita.

Panggilan untuk mewartakan tidak hanya kita dengar di akhir perayaan Ekaristi namun juga pada bagian lain dari perayaan.Dalam anamnese, kita menyerukan “Marilah mewartakan misteri Iman: Yesus Tuhan kami, dengan wafat Engkau menghancurkan kematian, dengan bangkit Engkau memulihkan kehidupan, datanglah dalam kemuliaan”. Anamnese sebagai bagian dari liturgi Ekaristi sudah merupakan ajakan kerygmatis yakni ajakan untuk mewartakan Yesus Kristus. Dengan demikian, tanpa terkecuali kita diutus untuk mewartakan iman kita. Pekerjaan kita, kata-kata kita dalam keseharian maupun tindak tanduk kita adalah wujud dari pewartaan itu.