Suatu hari, lingkungan Yohanes mendapatkan giliran untuk misa lingkungan. Sewaktu doa umat spontan, Pak Cahyo mendoakan Bu Maria tetangganya yang sedang sakit. Setelah misa selesai dan dalam kesempatan bincang-bincang bersama sembari minum teh dari tuan rumah, beberapa umat menanyakan lebih jauh tentang keadaan Bu Maria. Dari obrolan itu, mereka sepakat kalau esok harinya akan bersama-sama menjenguk Bu Maria di rumahnya.

Peristiwa di atas menunjukkan bahwa liturgi yang dirayakan mendorong setiap pribadi untuk memiliki kepedulian dan semangat pelayanan kepada sesama. Pelayanan atau yang biasa disebut dengan diakonia adalah salah satu kegiatan utama Gereja. Artinya pelayanan menjadi semangat umat Katolik dalam hidup sehari-hari.

Mengapa perayaan liturgi dan terlebih Ekaristi mampu mengobarkan semangat pelayanan kita pada sesama? Kita masih ingat bahwa liturgi merupakan perayaan atas karya keselamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Yesus Kristus memberikan diri-Nya secara total melalui sengsara, wafat dan kebangkitan. Pemberian diri Yesus ini kini selalu kita hadirkan dan kita sambut secara khusus di dalam komuni suci. Kalau kita menyambut komuni, artinya kita mau memberikan diri kita bagi sesama sebagaimana Yesus Kristus telah memberikan diri-Nya. Bukankah kita tidak hanya mau menerima saja namun juga mau berbagi. Pertolongan yang kita berikan pada yang membutuhkan dan menyumbangkan tenaga untuk kegiatan Gereja adalah contoh pelayanan yang dapat kita berikan. Pelayanan ini adalah didasari oleh semangat perayaan liturgi yang kira rayakan.