Ibu Stefani amat mencintai Bunda Maria. Devosinya sangat kuat pada Santa Perawan Maria ini. Suatu hari ia memimpin doa dalam kelompok ibu-ibu dengan rumusan akhir sebagai beritkut: “………..Bunda Maria, kami semua anak-anakmu memohon kepadamu, kabulkanlah doa kami, sebab engkaulah pengantara doa yang unggul kepada Allah Bapa Kami, sumber segala sesuatu. Amin”. Sesudah acara doa ini selesai, beberapa ibu berbisik sambil bertanya: apa benar sih Bunda Maria itu pengantara doa kepada Allah Bapa.
Tentu saja jawaban pertanyaan ibu-ibu tersebut jelas: Bunda Maria bukanlah pengantara doa kepada Allah Bapa. Hanya ada satu Pengantara antara Allah Bapa dan umat manusia. Dialah Tuhan Yesus Kristus. Bunda Maria dan semua orang kudus menjadi pengantara doa kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Sama-sama orang kudus, Bunda Maria dan para kudus lainnya memiliki perbedaan pokok: Bunda Maria adalah Bunda Tuhan Yesus Kristus, dialah yang melahirkan Yesus Kristus, maka dia juga disebut Bunda Allah dan sekaligus juga Bunda Gereja, Bunda kita semua. Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Gereja memang sangat menghormati Santa Perawan Maria Bunda Allah dengan cintakasih yang istimewa, sebab secara tak terceraikan terlibat dalam karya penyelamatan Putranya (SC 103).
Secara resmi, devosi kepada Bunda Maria dan para kudus masuk ke dalam lingkaran tahun liturgi melalui hari raya, pesta dan peringatan-peringatan mereka menurut tanggal peringatannya. Penghormatan kepada orang kudus itu sangat baik dan perlu karena: 1) mengungkapkan buah penebusan Kristus yang telah dinikmati orang-orang kudus; 2) memohon doa mereka dan 3) menyajikan teladan hidup kesucian mereka.