Setelah merayakan Ekaristi harian, seorang ibu mengatakan demikian: “Rama, sudah sejak kecil saya setiap hari pergi ke gereja. Saya merasa ada sesuatu yang kurang dan hidup terasa hampa jika tidak ikut Ekaristi. Hari Minggu kemarin saya merasa kecewa karena peneguhan perkawinan cucu saya tidak dirayakan dengan Ekaristi“.
Dengan Ekaristi yang pertama (Komuni Pertama) dan dengan sakramen Baptis dan Krisma, kita digabungkan secara penuh dengan Gereja. Komuni yang kita terima selanjutnya menjadi peneguh untuk upaya-upaya kekudusan kita dan dalam mewartakan Injil di tengah dunia ini.
Ekaristi menampilkan keagungan, belaskasih dan kerahiman Allah. Paus Benediktus XVI mengajarkan bahwa kasih terhadap Ekaristi mengantar kita ke penghargaan yang semakin besar terhadap sakramen rekonsiliasi (Sacramentum Caritatis no. 20).
Bagi penerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Ekaristi menjadi bekal suci karena si sakit boleh ambil bagian dalam karunia hidup abadi. Maka sangat bagus apabila penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat dirayakan dalam perayaan Ekaristi. Atau sekurang-kurangnya orang yang menerima sakramen minyak suci menerima komuniviaticum atau bekal suci.
Terkait dengan Sakramen Imamat, Ekaristi adalah alasan adanya (raison d’être) dari imamat (Paus Yohanes Paulus II). Tahbisan imam itu ada karena dan demi Ekaristi! Sakramen Imamat ini ditetapkan Tuhan Yesus bersamaan dengan Ekaristi pada saat perjamuan malam terakhir. Kristus ingin tinggal dan menyertai umat-Nya.Untuk mereka Dia menumpahkan darah-Nya.
Bagi pasangan suami-istri dalam Sakaramen Perkawinan, Ekaristi adalah sakramen Sang Pengantin yaitu Kristus dan Sang Mempelai yaitu Gereja (Paus Yohanes Paulus II). Paus Benediktus XVI mengajarkan: “Secara tanpa batas Ekaristi menguatkan kesatuan dan kasih yang tak terpisahkan dalam setiap perkawinan Kristen” (Sacramentum Caritatis no. 27).