Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman mengadakan Pembinaan Keluarga Katolik yang Berwawasan Moderasi Beragama Angkatan 1. Kegiatan yang diikuti 40 pasang suami istri (80 orang) dari Gereja Paroki Santo Yoseph, Medari, Sleman, dilaksanakan di Java Village, Pandowoharjo, Sleman (Sabtu, 13 Mei 2023).
Mengusung tema “Bertemu dengan Yang Berbeda”, tim Sarasvita, antara lain Sr. Agnes Samosir, FCJ., Pastor Paulus Erwin Sasmita, Pr., Markus Mardius dan M. Y. Retno Iskandar menjadi fasilitator.
Dalam sambutan, CB. Ismulyadi, Penyelenggara Bimas Katolik Kan kemenag Kab. Sleman mengucapkan terimakasih kepada Pastor Paroki Gereja Katolik Santo Yoseph, Medari yang menyambut kerjasama terlaksananya kegiatan Pembinaan Keluarga Katolik yang Berwawasan Moderasi Beragama Angkatan 1.
“Semoga keluarga semakin mendapatkan ruang untuk melakukan refleksi terkait relasi antar pribadi, baik dalam komunikasi personal maupun iman. Keluarga semakin memahami peran di tengah-tengah keberagaman bermasyarakat dan berbangsa. Dan keluarga, sesuai peran dan posisi dalam struktur masyarakat dan bangsa, semakin memahami pandangan dan program Pemerintah tentang Moderasi Beragama, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,” harap CB. Ismulyadi.
Pada awal pembinaan, melalui pengantar, Sr. Agnes Samosir, FCJ mengajak pasangan suami istri untuk merefleksikan pengalaman hidup dalam keluarga. Konflik pasti terjadi. Bukan momok. Bagaimana harus menghadapinya?
Mengajak pasangan suami istri membuat lingkaran besar dan saling mengkomunikasikan persamaan maupun perbedaan antar pasangan. “Apa yang pengalaman paling indah hidup bersama pasangan yang berbeda? Apa tantangannya?” tanya Sr. Agnes.
Dalam proses berbagi pengalaman, Joko, mewakili kelompok dan peserta, menyampaikan, “Perbedaan menjadikan kami saling melengkapi. Jika salah satu mengetahui tentang satu hal, maka pasangan bisa melengkapi atau mengoreksi. Perbedaan kadang memunculkan perdebatan panjang.”
Melalui sharing pengalaman yang telah disampaikan, Sr. Agnes menyimpulkan, “Hidup dalam perbedaan memungkinkan kita untuk belajar. Persepsi diri mempengaruhi sikap dan tanggapan kita terhadap pasangan, sesama dan lingkungan.
Melalui materi Beda Pribadi dan Relasi, Pastor Erwin Sasmita, Pr., mengajak para pasangan suami istri mengetahui metode Myers Brigg Type Interpersonality (MBTI). Pastor Erwin membagi materi menjadi 3 bagian, yakni memahami makna kepribadian, tes kepribadian, dan connecting (setiap pribadi memiliki kekhasan dan keunikan: mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain adalah awal yang indah untuk membangun relasi/komunikasi) “Bagaimana umumnya kita mengenal kepribadian seseorang?” ungkap Pastor Erwin.
“Kepribadian itu genetik, diturunkan dari keluarga tetapi juga dipengaruhi lingkungan,” lanjut Pastor Erwin. Menurut Pastor Erwin, “MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Walaupun berlawanan sebetulnya kita memiliki semuanya, hanya saja kita lebih cenderung/nyaman pada salah satu arah tertentu. Masing-masing ada sisi positifnya tapi ada pula sisi negatifnya.” Melalui materi ini pula, pasangan suami istri diharapkan semakin mengetahui dan saling mengenal kepribadian pasangan.
Markus Mardius mengutarakan materi Komunikasi. Menurut Mardius, “Ada beberapa gaya komunikasi: asertif, agresif, dan submisif. Asertif meliputi, dapat menyatakan kebutuhan, keinginan, pendapat, dan perasaan secara langsung, jujur dan dengan cara yang sesuai; dapat mempertahankan hak dengan tidak mengganggu hak orang lain. Agresif meliputi, mengabaikan atau melanggar kebutuhan, keinginan, pendapat, dan perasaan orang lain; menyakiti orang lain baik secara verbal maupun tindakan. Submisif meliputi, sikap sulit menyatakan secara jujur kebutuhan, keinginan, pendapat, dan perasaannya; mengungkapkannya cara minta maaf dan malu-malu; tidak berani mempertahankan hak diri sendiri.” Lebih lanjut, Mardius menyampaikan sharing pengalaman untuk lebih menjelaskan gaya komunikasi dalam keluarga.
M.Y. Retno Iskandar menegaskan seluruh materi melalui sharing pengalaman tentang keterlibatan di RT, PKK, Yayasan kanker dan kegiatan kemasyarakatan dan keberagaman. “Saya ingin hidup dalam perbedaan yang harmonis,” tutur Retno mengawali sharing pengalamannya.
Sebagai pengelola rumah singgah untuk para penderita kanker, Retno menyampaikan, “Saya merasa mendapat karunia kesehatan yang baik. Itulah yang menjadi motivasi bagi saya untuk terlibat dalam gerakan masyarakat dan lintas iman.”
Beberapa peserta mengutarakan kesan-kesan selama mengikuti kegiatan pembinaan. Menurut Cosmas, “Kita dapat ilmu yang sangat tinggi. Pemahaman tentang psikologi terkait dengan relasi dengan orang lain, secara khusus pasangan istri/suami.” Christina menyampaikan, “Saya mendapat banyak hal. Kita perlu mengetahui dan mendalami karakter dalam pergaulan. Perbedaan yang ada dalam diri kita membuat kita tidak terpisah tetapi menumbuhkan semangat mengasihi, mencintai sesama dan Tuhan…. Saya bahagia…”
Kegiatan diakhiri dengan lagu “Make Me A Channel of Your Peace” dan doa “Jadikanlah Aku Pembawa Damai”. Peserta diundang untuk mempersembahkan bunga dan bendera sebagai tanda komitmen dalam hidup membawa damai dalam keluarga dan masyarakat. Setelah mempersembahkan bunga dan bendera, masing-masing pasangan berdiri saling berdampingan membentuk lingkaran.*