“Aku diutus bersama dan bagi yang lain” SOMA 3 KAS Tahun 2022, Kelulusan & Perutusan
Twitter
WhatsApp
Email
School of Missionary Animators Keuskupan Agung Semarang (SOMA KAS) kegiatan pembinaan dan pendampingan bagi para remaja Katolik.
School of Missionary Animators Keuskupan Agung Semarang (SOMA KAS) kegiatan pembinaan dan pendampingan bagi para remaja Katolik. Tahun 2022 merupakan tahun ketiga atau tahun terakhir perjalanan program SOMA KAS. Tema kali ini adalah “Aku diutus bersama dan bagi yang lain”.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dan di bagi dalam 2 gelombang, gelombang pertama dilaksanakan 8-10 Juli 2022 dengan peserta remaja dan pendamping dari Kevikepan Semarang dan Kevikepan Kedu. Gelombang kedua dilaksanakan 29-31 Juli 2022 dengan peserta remaja dan pendamping dari Kevikepan Yogyakarta Barat, Yogyakarta Timur dan Surakarta. Kegiatan SOMA KAS dilaksanakan di Wisma Salam, Muntilan.
SOMA merupakan salah satu bentuk pembinaan, pendampingan, dan kaderisasi bagi remaja Katolik di Keuskupan Agung Semarang. Selain bertumbuh secara alami sesuai dengan usia, dalam pembinaan SOMA, remaja mengasah iman Katolik, kedewasaan kepribadian, kecerdasan intelektual, kepedulian sosial, dan jiwa kerasulannya agar makin matang sebagai rasul-rasul muda pembawa kabar sukacita lnjil.
Diharapkan dari remaja yang berproses mengikuti SOMA, ada yang memiliki jiwa pemimpin, yaitu mereka yang memiliki komitmen tinggi, berani mengambil tanggungjawab lebih dari yang lain, dan tekun mewujudkan nilai-nilai yang diyakininya.
Proses SOMA Keuskupan Agung Semarang 2019-2022 berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap Menemukan Kebanggaan sebagai Remaja Katolik, tahap kedua Menumbuhkan Keberanian, Komitmen, dan Tanggungjawab sebagai Remaja Katolik, dan tahap ketiga Menjadi Remaja yang Memiliki Kesadaran Sosial Bersama Gereja.
Setiap tahap dilengkapi dengan pendampingan dan proses refleksi selama satu tahun sebagai kegiatan sesudah SOMA, serta perutusan.
Dari kegiatan SOMA ini, remaja diharapkan menjadi pribadi yang peka terhadap realitas sosial yang ada disekitarnya, mampu mewujudkan nilai-nilai di dalam ajaran sosial, serta dapat melihat secara reflektif peristiwa sosial yang dialami dan berani mengambil tanggungjawab untuk membangun kebaikan bersama dalam hidup (bonum communae).
Romo Fransiskus Yunarvian, Pr (Romo Yuyun) Direktur Diosesan KKI KAS menyampaikan tujuan dari SOMA 3 adalah remaja belajar mengasah kepekaan dan belarasa terhadap pengalaman-pengalaman di dalam kehidupan sosialnya juga belajar mengenal dinamika analisis sosial. Tujuan ini akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang membantu remaja memahami poin-poin pokok Ajaran Sosial Gereja, mampu menggunakannya untuk melihat secara reflektif peristiwa-peristiwa sosial di sekitarnya dan berani mengambil tanggung jawab untuk andil membangun kebaikan bersama. Dalam proses SOMA 3 ini, remaja akan diajak langsung masuk dan mengalami realita-realitas sosial yang ada disekitar mereka, mereka akan terjun ke lokasi kegiatan sosial untuk memberikan pengalaman langsung, mengamati dan merefleksikan pengalaman yang didapat dari proses tersebut.
Setelah proses SOMA 3 KAS ini selesai, remaja diutus kembali untuk berkarya di paroki mereka masing-masing. Diharapkan setelah kembali ke paroki, remaja bisa menjadi penggerak (animators), yang bisa mengajak dan menggerakkan lebih banyak remaja lain untuk mau terlibat dan melayani Gereja dan Tuhan, kata Romo Yuyun.
Di hari pertama peserta SOMA bersama pendamping berdiskusi bersama untuk persiapan kegiatan sosial, pendamping disini sebagai fasilitator kelompok.
Pada hari kedua, para remaja dibantu pendamping menggali informasi yang diperlukan sebagai bahan diskusi dan refleksi peserta SOMA, dan setiap kegiatan di dokumentasikan berupa video. Video kegiatan di setiap kelompok usai di edit oleh peserta, kemudian di presentasikan.
Dalam kegiatan SOMA 3 KAS, para remaja dan pendamping dibagi menjadi 5 kelompok dengan kegiatan sosial di 5 lokasi dengan tema :
1. Melestarikan dan menghidupi seni dan budaya, Dusun Sumber.
Di kegiatan melestarikan dan menghidupi seni dan budaya, dengan nara sumber SBB (Sanggar Bangun Budaya) dusun Sumber, remaja menemukan sanggar seni yang menjadi tempat pembelajaran bagi banyak orang, sebagai tempat diskusi, berbagi pengalaman dan belajar berkesenian. Oleh karena itu, remaja diajak ikut merasakan bagaimana seni dibangun sebagai sebuah refleksi atas hidup petani, desa, di lereng Merapi.
Dalam konteks pembelajaran Ajaran Sosial Gereja (ASG), remaja belajar mengenai keluhuran martabat manusia yang unik dan khas sesuai citra Allah, yang dibangun bersama dan diekspresikan sesuai dengan konteks dimana mereka berada. Remaja juga belajar mengenai solidaritas dan subsidiaritas masyarakat pedesaan, serta bagaimana mereka membangun sendiri model kesejahteraan hidup mereka.
Di sesi tema ini, remaja mendengarkan langsung kisah- kisah menarik dan inspiratif perjalanan Sanggar Bangun Budya, remaja mengalami berkegiatan bersama anak-anak sanggar dengan berlatih menari tradisi dan berinteraksi dengan masyarakat disekitar sanggar.
Dalam sesi ini, remaja didampingi oleh narasumber pendiri Sanggar Bangun Budaya, yaitu bapak Untung Pribadi. Bapak Untung memiliki pengalaman dalam mengelola dan mengembangkan seni dan budaya Jawa dengan tetap terbuka terhadap hal-hal baru tanpa meninggalkan tradisi serta memaknai seni sebagai bagian dari kebutuhan hidup.
2. Mengambil secukupnya dari alam (konservasi alam), Dusun Keningar.
Kegiatan sosial dilaksanakan di dusun Keningar dengan narasumber Yehezkiel Sugiyono, seorang pemerhati alam.
Di dusun Keningar, remaja belajar mengenai konservasi lingkungan hidup di lahan bekas penambangan. Remaja bisa melihat bahwa ketika di sisi lain penambangan pasir Merapi amat sangat berguna dan dibutuhkan, namun di sisi lain lagi ada realitas berupa kerusakan alam, hilangnya sumber mata air, perubahan cara hidup petani menjadi penambang, dan lain sebagainya. Tanpa masuk terlalu jauh dalam konflik sosial yang mungkin terjadi, remaja mempelajari bagaimana sikap pertobatan sosial menjiwai semangat memperbaiki kembali kerusakan alam demi kehidupan bersama.
Dalam konteks ASG, remaja bisa mempelajari banyak mulai dari makna kesejahteraan umum, solidaritas, subsidiaritas, keberpihakan, dan keluhuran nilai martabat manusia.
Di sesi ini, remaja diajak melihat langsung lokasi penambangan pasir yang masih beroperasi disana, juga diajak ke lahan yang merupakan hasil reklamasi paska penambangan.
3. Kegiatan ekonomi dan entrepreneurship, Pasar Tempel Sleman.
Dalam kelompok ini remaja diajak untuk belajar mengenai bagaimana hidup manusia dan keluhurannya harus dijaga dengan bekerja. Remaja diajak masuk ke Pasar Tempel, melihat bagaimana perputaran uang, bagaimana mengupayakan keuntungan yang adil, bagaimana merasakan bekerja dan mendapat upah serta mengelolanya. Di sesi ini, remaja juga diajak untuk melihat peluang usaha yang bisa diciptakan, membuat produk dan jasa yang memiliki value (nilai).
Remaja diberikan pilihan untuk mengalami peran sebagai pelaku usaha (pedagang), pekerja, atau mereka yang menciptakan peluang usaha baru (pengusaha), sesuai dengan passion yang remaja punya. Dari pengalaman yang didapat di dalam peran mereka itu, remaja belajar mengenai keluhuran martabat manusia, dan kesejahteraan.
Sebagai narasumber kegiatan ekonomi dan entrepreneurship adalah Theodorus Tony Haryanto (Enterpreuner).
4. Etika bermedia sosial, Aula Girli Wisma Salam
Dalam kelompok ini, remaja belajar mengenai penggunaan media komunikasi khususnya platform media sosial yang baik dan benar. Remaja juga akan dijelaskan bagaimana berperilaku yang baik di media sosial, bagaimana membedakan berita, informasi atau hoax dan apa yang harus dilakukan untuk menanggapi hoax yang beredar di media sosial, yang perlu diantisipasi dengan kecerdasan.
Melalui sesi ini, remaja dipanggil untuk membawa kabar sukacita, membawa kebenaran, jeli melihat mana yang salah dan benar, serta berani melawan kebohongan- kebohongan dengan menciptakan konten kreatif. Bersama komunitas ini, remaja juga akan bekerja sama dengan kalangan berbagai usia, berbagai agama, dan berbagai latar belakang.
Dalam sesi ini, remaja dikenalkan pada sebuah aplikasi yang bisa melacak apakah sebuah berita atau informasi itu benar atau tidak, yaitu aplikasi hoax buster tools. Dan mereka juga akan praktek menggunakan aplikasi tersebut. Sesi ini dipandu oleh narasumber dari MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) Kabupaten Magelang.
5. Ekologi sungai, Kali Krasak-Muntilan
Dengan didampingi Ag. Irawan, jurnalis dan pelestari sungai, tinggal di Yogyakarta sebagai narasumber, remaja diajak melatih kepekaan mereka terhadap alam sekitar, khususnya sungai. Di sungai, remaja diajak untuk mengamati morfologi dan habitat sungai lalu melakukan analisa personal dari hasil mengamati. Remaja diajak untuk melihat cara-cara bijak hidup berdampingan dengan sungai dan mencari langkah sederhana tindakan pelestarian terhadap sungai. Remaja bisa mempelajari keluhuran martabat manusia terkait kelestarian alam semesta, solidaritas, subsidiaritas, keberpihakan.
Kegiatan yang tidak kalah menarik bagi remaja adalah dalam sesi ini remaja akan diajarkan cara memanggil ikan secara alami. Kali ini, remaja akan didampingi oleh narasumber yang merupakan aktivis lingkungan dan pelestari sungai.
SOMA KAS 3 ditutup dengan selebrasi kelulusan bagi Remaja dan Pendamping SOMA KAS yang telah mengikuti program ini selama 3 tahun (tahun 2019-2022) dengan baik, hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap Remaja dan Pendamping.