Adorasi Ekaristi akan membawa kita kepada keheningan batin dan perjumpaan personal dengan Allah (ilustrasi: dok.pri)

 

Meskipun kita telah berjuang, tapi kita tetap susah untuk menghayati perayaan Ekaristi. Sudah berusaha khusuk, selalu saja ada gangguan dari sekitar kita. Dan masih banyak hal yang menunjukkan bahwa tidak mudah untuk masuk dalam sebuah perayaan Ekaristi.

Sesuatu yang bersifat komunal memang lebih sulit dibandingkan sesuatu yang bersifat personal. Ketika kita merasa kesulitan untuk menghayati perjumpaan dengan Kristus dalam sebuah perayaan Ekaristi, maka kita bisa memperpanjang sendiri perayaan Ekaristi itu dalam sebuah devosi. Devosi Ekaristi merupakan perpanjangan dari Ekaristi, khususnya komuni, yang kita rayakan.

Di banyak tempat, gerakan Adorasi Abadi mulai bermunculan. Sebuah gerakan yang patut disyukuri. Adorasi membutuhkan keseriusan sebab di sana kita berhadap-hadapan dengan Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. Beradorasi tidak hanya sekedar meluangkan waktu untuk melepaskan penat atau untuk beristirahat. Doa dan Adorasi membutuhkan kesungguhan hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Dengan demikian, nikmat perjumpaan dan kebersamaan bersama Tuhan akan semakin dirasakan. Pengalaman itulah yang tanpa terasa akan turut mengubah hidup kita.

Paus Yohanes Paulus II dalam Domincae Cenae menulis demikian: “Marilah kita tidak menghitung-hitung dengan waktu kita untuk menjumpai Tuhan dalam Adorasi dan kontemplasi yang penuh iman dan siap memberi silih bagi dosa besar dan kejahatan dunia”.

Beranikah kita mengejar keintiman relasi dengan Tuhan melalui Adorasi Ekaristi?